30 April 2008

Eh, Ada Banyak si Kecil dalam Kurungan Raksasa

Eh, Ada Banyak si Kecil dalam Kurungan Raksasa

Aprillia Ika, Wahyu Tri R., Novi Diah
posted by kontan on 04/21/08

JAKARTA. Pertumbuhan ritel modern kian hari kian ramai. Bahkan, tiap peritel berusaha melebarkan jejaring bisnisnya sampai ke sudut-sudut kota. Pertumbuhan gerai yang pesat tentu mengundang banyak pemasok yang ingin menjajakan barang produksi mereka ke gerai ritel modern tersebut. Alasannya sederhana saja: nama peritel yang sudah dikenal bisa menjadi jaminan barang yang dipasok laku terjual.

Untuk memasukkan barang dagangannya, biasanya para peritel punya dua cara yang sudah umum. Pertama, yakni membeli langsung dari tangan pemasok atau istilahnya purchasing. Tapi, kedua, bisa juga dengan cara lain: "Dengan cara konsinyasi," jelas Danny Kojongian, Corporate Communication Director PT Matahari Putra Prima. Artinya, pemasok menitipkan barangnya untuk dijual peritel.

Ambil contoh Matahari dan Hypermart. Saat ini, mereka bisa merangkul total 6.000 pemasok dari berbagai daerah. Adapun Carrefour saat ini punya 3.700 pemasok nasional. Sekitar 70%-nya merupakan para UKM. Artinya sebagian besar barang yang dijajakan perusahaan asal Prancis itu ternyata berasal dari kalangan industri kecil dan menengah.

Tentu saja, peritel juga memberi syarat tertentu untuk pemasok. Misalnya, kualitas barang harus tetap terjaga. Syarat berikutnya, barang bisa dijual dengan gampang. Artinya, ada konsumen yang membutuhkan barang tersebut.

Yang terakhir, adalah terjaminnya pasokan. "Kita tidak mau jika ada pemasok yang bisa membawa katakanlah 1.000 barang, tahu-tahu, permintaan naik. Misalnya, kita butuh 2.000 buah, ternyata si pemasok tidak bisa memenuhi," ujar Irawan Kadarman, Direktur Corporate Affair PT Carrefour Indonesia.

Pilih yang paling untung

Ada juga syarat tambahan lain. "Mereka sudah lulus uji kelayakan di Departemen Perdagangan dan BPOM," tegas Laurensius Tirta Widjaya, Direktur Operasional PT Indomarco Prismatama, pengelola minimarket Indomaret.

Nah, jangan lupa, ada pula trading term yang harus ditepati pemasok. Misalnya, peritel menetapkan listing fee untuk masing-masing item barang yang dipasok oleh pengusaha. Selain itu, ada perbedaan pelayanan terhadap pilihan cara memasok ke pasar ritel. Jika pilihan yang disepakati adalah beli putus (purchasing), maka barang si pemasok bakal disediakan tempat saja.

Namun jika pilihannya sistem konsinyasi, peritel bakal menyediakan tempat yang bisa diatur sesuai dengan kebutuhan. Ada lagi kelebihannya. Si pemasok bisa mendapat tenaga penjual atau pramuniaga. Sudah begitu, pihak peritel akan melakukan pelatihan singkat (training) terhadap si pramuniaga. Adanya layanan lebih tentu

ada hitung-hitungannya. Nantinya, sekitar 8%-12% keuntungan penjualan produk akan masuk ke kantong pemasok, sedang untuk peritel bisa dapat sekitar 20-35%. Lantas, apa semua produsen kecil bisa masuk ke semua peritel? "Mana yang lebih menguntungkan, itu yang dipilih," ujar Solihin, GM Franchise PT Sumber Alfaria Trijaya.

Siap bersaing merayu peritel?