30 April 2008

Inflasi Tinggi Mengancam Bisnis Ritel Ramayana

Inflasi Tinggi Mengancam Bisnis Ritel Ramayana

Analis meramal tahun 2008 akan menjadi tahun yang berat bagi perkembangan bisnis Ramayana
Yuwono Triatmodjo
posted by kontan on 04/11/08

JAKARTA. Melonjaknya harga minyak mentah hingga mencapai US$ 112 per barel pada Rabu (9/4) lalu, mengakibatkan para pelaku usaha semakin cemas. Maklum, daya beli masyarakat akan semakin tergerus lantaran harga komoditi lain, termasuk harga makanan, juga pasti akan ikut melejit. Nah, kondisi seperti itu jelas mengancam bisnis perdagangan ritel PT Ramayana Lestari Sentosa Tbk (RALS).

Namun, untuk saat ini, manajemen emiten saham berkode RALS itu masih tetap optimistis. Menurut Direktur Keuangan RALS, Suryanto, selama Januari hingga Maret 2008, penjualan RALS masih meningkat 20% dibandingkan periode yang sama 2007, menjadi Rp 1,04 triliun. "Oleh sebab itu, kami yakin tahun ini bisa membukukan penjualan sebesar Rp 5,6 triliun atau naik sekitar 14% dibanding tahun lalu," ujar Suryanto kepada KONTAN, kemarin (10/4).

Sekadar catatan, RALS mencatatkan peningkatan pendapatan sebesar 9,25%, menjadi Rp 4,89 triliun, pada tahun 2007 lalu. Sedangkan laba bersih Ramayana naik 17,36%, dari Rp 312,55 miliar di 2006 menjadi Rp 366,81 miliar tahun lalu.

Keyakinan manajemen Ramayana itu bukanlah mimpi di siang bolong. Maklum, perusahaan ini memiliki segudang rencana besar. Misalnya, mereka membuka minimal sepuluh gerai dengan total luas mencapai 70.000 meter persegi (m2) pada tahun ini. Ramayana juga akan fokus menggarap pasar-pasar di wilayah luar Jawa. Sebagai catatan, hingga akhir Desember 2007 lalu, jumlah gerai milik RALS telah mencapai 99.

Selain itu, kini, RALS sedang mengembangkan proyek midimarket dengan nama Orangemart. Hingga saat ini, RALS sudah memiliki dua gerai midimarket yang berlokasi di Bintaro dan Cibubur. Menurut Direktur RALS, Setyadi Surya, perusahaannya belum berencana menambah jumlah gerai Orangemart dalam tahun ini.

Analis pesimistis

Namun, para analis memiliki pendapat yang berbeda. Analis Mega Capital, Ratna Lim memprediksi, tahun ini akan menjadi tahun yang berat bagi pertumbuhan bisnis Ramayana. Menurutnya, harga minyak mentah yang ogah turun dari level US$ 100 per barel akan membuat angka inflasi Indonesia semakin tinggi. "Padahal pangsa pasar RALS adalah masyarakat yang rentan terhadap kenaikan harga bahan pokok," ujar Ratna.

Karenanya, pendapatan RALS dari unit department store akan merosot. Maklum, masyarakat akan condong mengurusi perut daripada berbelanja sandang.

Walau dalam kurun waktu lima tahun terakhir rata-rata pertumbuhan laba bersih RALS mencapai 15%, ramalan Ratna sangat konservatif untuk tahun ini. Ia meramal, pendapatan RALS di 2008 hanya tumbuh 2% saja jadi Rp 4,99 triliun. Sekedar perbandingan, pendapatan 2007 RALS mencapai Rp 4,89 triliun.

Ratna juga menghitung, laba bersih RALS di 2008 hanya naik 4% menjadi Rp 381,48 miliar saja. "Makanya, kita tunggu laporan keuangan triwulan I 2008 RALS agar kita bisa melihat dengan jelas seperti apa kondisi pasar," tegas Ratna.

Setali tiga uang, Pardomuan Sihombing, Kepala Riset Paramitra Alfa Sekuritas, juga menilai bahwa target pasar RALS sangat peka terhadap kenaikan harga. Namun, ia melihat konsep Orangemart Ramayana dapat mencuri perhatian masyarakat di masa yang akan datang. "Ceruk bisnis midimarket memang masih terbuka lebar di saat ini," katanya.

Pardomuan meramal, pendapatan RALS pada tahun ini bisa mencapai Rp 5,4 triliun atau naik 10,20% dibandingkan pendapatan 2007. Sedangkan laba bersihnya, ia memperkirakan perseroan ini mampu mencatatkan untung Rp 420 miliar atau naik 14,44% dibandingkan laba bersih di tahun 2007.

Karenanya, Pardomuan merekomendasikan beli saham RALS dengan target harga Rp 910 per saham hingga akhir tahun ini. Sebaliknya, Ratna hanya merekomendasikan tahan saham RALS dengan target harga Rp 765 per saham hingga 12 bulan mendatang.

Sebagai catatan, hingga penutupan perdagangan kemarin (10/4), saham RALS baru dihargai Rp 740 per saham.